Wah cantiknya....! Itu mungkin kata – kata yang keluat saat Britney Spears, Victoria Adam, Jenifer Lopez, Mulan Jameela, Sarah Azhari, Nadin Candrawinata dan segudang artis lain yang tampil di televisi. Dengan popularitas dan kecantikan mereka, sepasang juta mata tertuju padanya. Seolah para pemilik mata itu sepakat bahwa mereka adalah wanita idaman para pria dan memiliki kecantikan bak bidadari.
Namun betulkah mereka cantik. Dan apa sih artinya cantik. Lihatlah kecantikan para artis atau mungkin para wanita yang suka buka – bukaan itu adalah kecantikan yang didasari bumbu – bumbu membuka aurat, mengumbar bagian tubuh sehingga para lelaki yang memandangnya menjadi salah tingkah. Apakah itu yang dinamakan cantik nan jelita. Apakah itu bidadari. Cantik ataukah umbar syahwat?
Dan perhatikanlah, kecantikan yang semacam itu tidak mungkin bertahan lama. Segala bentuk macam make up telah digunakan, penghilang noda, penghilang keriput, atau parfum mahal yang disemprotkan disana – sini. Itu semua, seakan – akan mereka bertarung melawan waktu. Namun waktu tetaplah berjalan dan kecantikan mereka akan lenyap, hilang dikikis oleh putaran masa. Lambat, namun pasti.
Sekarang kita flash back, kita perhatikan para isteri Rasulullah SAW, kita tak pernah bertemu mereka, kita juga tak pernah melihat wajah ayu mereka. Namun siapa yang tidak mengenal keayuan mereka, bukan jasmani namun kecantikan jiwa dan hati yang selalu tegar memegang teguh ajaran nabi muhammad SAW. Nama mereka harum semerbak diseluruh penjuru dunia hingga mereka dikenal dengan ummul mu’minin (ibu orang – orang yang beriman).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata saat terjadi sengketa dalam keluarganya, “aku tidak akan masuk kerumah mereka sebelum satu bulan”.tak lama kemudian turunlah ayat yang memberi mereka pilihan terhadap isteri – isteri nabi atau memilih hidup dengan segala kemewahan dunia. semua isteri – isteri beeliau menjawab untuk memilih bersabar atas kelaparan dan menemani nabi muhammad SAW. Hal ini menunjukan kekuatan dan kesabaran mereka. Kesimpulan ini dikuatkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Urwah bin Zubair RA (keponakan aisyah). Aisyah berkata : “sudah sekitar satu atau dua bulan rumah kami tak ada masakan.” Kalau begitu apa yang membuat kamu hidup (kamu makan), wahai bibikku?” aisyah menjawah, “aswadan : kurma dan air.
Subhanallah! Selama satu sampai dua bulan mereka hanya mengkonsumsi kurma dan air, tanpa daging , roti atau makanan lezat lainnya. Semua itu mereka lakukan demi memilih Allah SWT dan Rasul-Nya serta kehidupan akhirat yang penuh dengan kemewahan.
Selain itu, kita juga pernah mendengar kisah hidup Siti Masyithah sang pelayan fir’aun. Ia bekerja kepada raja diktator yang mengaku tuhan. Namun ia dan keluarganya dapat menjaga keimanan dengan sepenuh hati. Sampai raja fir’aun mengetahui seputar keimanannya kepada tuhannya musa AS. Barulah keimanan siti masyithah dan keluarganya diuji. Ia dan keluarganya harus memilih antara menggakui fir’aun sebagai tuhan atau tetap mempertahankan keimanannya kepada tuhan yang mahaesa dengan konskwensi siksaan pedih sang raja. siti masyithah dan keluarganya tetap bersikukuh menjaga iman dan akhirnya ia dan kelaurganya di ceburkan kedalam penggorengan besar yang berisis minyak panas. Namun sebagai balasannya, nama mereka harum ditaman surga. Lihatlah! Mereka indah bukan dengan penampilan luar belaka. Tapi lebih dari itu, keindahan mereka dan keharuman namanya lebih terlihat dalam perangai dan tatakrama hingga kejelitaan mereka adalah kejelitaan yang haqiqi dan sejati, kecantikan yang terpancar dari keindahan hati. Maka tirulah mereka dan jadilah wanita jelita yang sejati.
Tidak Perlu Jadi Selebriti
Sebagian wanita yang menganggap kecantikan dirinya pas-pasan atau bahkan kurang dari standard, terkadang nekad obral sini obral sana, buka sini buka sana untuk dapat dikatakan cantik oleh siapa saja. Hal ini berawal dari asumsi miring bahwa kecantikan adalah disukai oleh banyak orang. Kecantikan bukanlah popularitas yang harus mati – matian untuk meraihnya dan bukan juga yang disukai banyak orang. Okelah mungkin itu kata yang ditemukan dalam “kamus” para remaja. Namun lihatlah! Bukankah kecantikan yang semacam itu hanyalah kecantikan semu dan sementara? Apalah artinya popularitas tanpa disokong dengan keteguhan iman dalam hati.
Kecantikan tidak memiliki nilai dan makna sedikitpun tanpa dibarengi dengan kecantikan bathiniyah. Ingat! Keindahan wanita tidak hanya dari segi fisik, tapi seharusnya tercermin dari dalam (inner beauty), yakni mempunyai kecantikan ruhiyah. Kecantikan yang terpancar dari hati, adalah kecatikan hakiki yang tidak hilang ditelan usia. Kekuatan iman dan ketaatan kepada Allah yang menjadikan wanita memiliki inner beauty. Wanita yang memiliki sifat lembut dan tidak mudah emosional, akan mengundang simpati orang kepadanya dan Allah akan mencintainya. Sungguh kelembutan itu tidak menjadikan wanita sebagai makhluq lemah.
Jadi, tidak perlu jadi artis untuk cantik. Tidak perlu meniru – niru Britney spears untuk dikatakan idola. Tidak perlu lepas jilbab atau buka aurat untuk jadi wanita idaman. Justru itu akan merendahkan martabat kaum hawa. Selain itu, kita tidak perlu membebek mereka, toh kita juga punya jati diri, kita punya identitas dan kepribadian yang tidak sama dengan mereka dan memang tidak perlu sama.
Setiap Wanita Pasti Jelita
Bercerminlah pada hatimu dan tanyakan apakah keteguhan iman adalah hal yang paling utama, apakah perangai indah suatu perkara yang lebih penting dari pada hanya sekedar penampilan luar belaka. Dengan jilbab dan akhlak karimah, engkau seolah bidadari, engkau layaknya perhiasan indah dimuka bumi. Bukankah Rasulullah menuturkan bahwa wanita shalihah adalah perhiasan terindah. Tak ada yang melebihi kecantikan wanita shalihah karena dia cantik bukan dengan aurat namun dengan hati, dia jelita bukan dengan obral tubuh tapi dengan jiwa.
Selain itu, bukankah setiap manusia diciptakan sempurna. Allah SWT sudah memiliki standard pasti dalam menciptakan bentuk manusia, yaitu ahsani taqwiem (sebaik – baiknya bentuk). Kita seharusnya bersyukur karena Allah SWT telah menciptakan kita, karena Allah SWT telah memberikan segalanya, karena Allah SWT telah mencurahkan iman dalam hati kita. Kita seharusnya bersyukur untuk semua itu, untuk segalanya. Kita juga tak perlu mengecewakan ketentuan Allah SWT bila kita ditakdirkan dalam kondisi ekonomi menengah kebawah. Toh sekali lagi semua itu hanyalah hal semu yang tak perlu terlalu banyak menyita ruang di otak kita. Yang lebih penting adalah kita tetap menerima segala apapun yang telah ditakdirkan dan meyakini bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.
Diriwayatkan dari abi hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : “kekayaan sejati bukanlah kekayaan materi, namun kekayaan sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhori dan Muslim). Imam baththal menjelaskan hal itu disebabkan karena kebanykan mereka yang diberikan kekayaan materi melimpah tidak menerima akan apa yang ada padanya, hingga ia terus berusaha untuk menambahnya lagi dan lagi. Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan hati akan selalu qona’ah dan menerima segalanya hingga tak perlu disibukkan untuk menambahnya. Dan semoga kita bisa melakukannya. Aminn.....
karya tulis gus Ahmad Biyadi. salah satu tenaga pengajar di pondok pesantren miftahul ulum putra.