Bulan ramadhan identik dengan malam Lailatul Qadr, kata “Al-Qadr” itu sendiri di artikan juga “As-Syarf” yang artinya mulia (kemuliaan dan kebesaran) seperti yang telah di sebutkan dalam Al-Quran surah al-qadr ayat 1-5 dan al-baqarah ayat 97, yang artinya : “sesunggunhnya aku telah menurunkan al-quran pada malam Lailatul Qadr, tahukah kamu, apa itu Lailatul Qadr?, Lailatul Qadr adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turun Malaikat dan Ruh Kudus (Malaikat Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Para malaikat turun
Dalam surah Al-Qadr di jelaskan bahwa para malaikat turun ata izin Tuhan mereka. Imam Ar-Rozi menjelaskan dalam tafsinya bahwa sebenarnya para malaikat sangatlah rindu pada manusia dan ingin melihat amal mereka, sehingga merekapun turun kebumi setelah mendapatkan izin dari Allah SWT. Selain itu dengan turunya para malaikat kebumi, itu akan menjadi motivasi tersendiri bagi umat manusia untuk melakukan ibadah dan amal baik karena mereka saat itu sedang berkumpul bersama hamba-hamba Allah SWT, seperti halnya orang-orang yang sedang berkumpul dengan para kyai tentu akan termotivasi untuk melakukan amal baik bersama mereka.
Para malaikat itu turun dengan membawa taqdir Allah SWT selama satu tahun, yang meliputi taqdir baik dan buruk, dimana semua itu adalah sejatinya kebaikan bagi manusia, sehingga turunya mereka ke bumi merupakan ibadah karena itu perintah dari Allah SWT dan bukan karena kepentigan mereka sendiri. Para malaikat itu turun ke bumi secara bergelombang, mulai dari awal malam hinga terbit fajar. Dengan demikian seluruh malam menjadi kebaikan bagi seluruh orang yang berbuat baik, karena para malaikat mengucapkan salam kepada mereka dari awal malam hingga terbit fajar.
Pertanda nyata Lailatul Qadr
Lailatul qadr sejatinya adalah rahasia Allah SWT. Dia merahasiakannya karena hikmah-hikmah yang berpulang kepada umat manusia. Dia melakukan atas apa yang Dia kehendaki, dan tidak bisa di tanya tentang apa yang Dia lakukan. Selain berhikmah agar mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada setiap malam bulan ramadhan, Allah SWT membanggakan mereka di hadapan para malaikat, jika dalam ketidaktahuan saja mereka beribadah dengan sekuat tenaga, apalagi mereka tau dengan pasti. Tidak seperti sangkaan para malaikat bahwa manusia akan menumpahkan darah dan pertikaian antar sesama.
Selain hikmah diatas, imam ar-rozi menyebutkan bahwa Lailatu Qadr dirahasiakan agar manusia tidak terlalu banyak berbuat dosa maksiat pada saat itu. Karena apabila mereka tahu kalau pada malam itu adalah lailatu-qadr dan sengaja melakukan maksiat, maka dosanya juga berlipat ganda seribu bulan, Naudzubillah. Dan jadilah seperti kata pepatah, betapa banyak ketidak-tahuan justru lebih baik dari pada mengetahui. Namun begitu, meski merupakan rahasia, banyak penjelasan hadist dan ucapan ulama tentang pertanda Lailatul-Qadr. Sehingga dengan pertanda-pertanda itu kita mungkin bisa mengetahui kapan lailatul-qadr itu terjadi. Diantaranya adalah :
Pertama, cahaya matahari dipagi harinya tidak memiliki sorot yang kuat. Ada banyak hadist yang menjelaskan tentang hal ini, salah satunya adalah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud.
Kedua, malamnya terasa tenang dan sayu, langit tampak bersih cerah seolah rembulan begitu terang benderang, suhu saat itu tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Saat itu bintang tidak dilempar hingga pagi hari dan setan tidak keluar bersama mentari di pagi hari. Pertanda ini dijelaskan dalam sebuah hadist riwayat Imam Ahmad dari sahabat Ubadah Bin Ash-Shamit.
Ketiga, malam harinya terasa tidak dingin dan tidak panas, cahaya matahari di pagi harinya terlihat lemah agak kemerah-merahan. Ini di ceritakan oleh imam abu daud. Ada yang menambahkan bahwa ,alam itu tidak ada hujan dan tidak pula angin berhembus, sehingga malam tersa sangat tenang.
Keempat, suatu saat rasulullah keluat ketika rembulan bersinar setengah piring, kemudian beliau bersabda, “malam ini lailatul-qadr”. Ini menunjukan bahwa lailatul-qadr terjadi pada akhir-akhir bulan ramadhan, karena sinar bulan baru bisa seperti setengah piring hanya ketika akhir-akhir bulan.
Kelima, sebuah kisah yang menakjubkan yang diriwayatkan oleh al-ashbihani menyebutkan “suatu saat budak milik Ustman Bin ‘Ash menemukan air laut berubah menjad tawar”. Setelah dia mengadukan kepada tuannya akhirnya dia tau bahwa saat itu adalah Lailatul-Qadr. Kisah ini mengindikasikan bahwa air laut yang berubah menjadi tawar adalah pertanda Lailatul-Qadr.
Keenam, sebuah kisah menakjubkan lain disebutkan oleh imam at-thabari bahwa katika lailatul-qadr terjadi pepohonan akan menundukan dedaunannya seolah sedang bersujud. Kesemua pertanda diatas tidak hanya terjadi di masa silam, tetapi bisa saja terjadi pada saat Lailatu-Qadr sekarang. Hanya saja, pertanda tetaplah hanya pertanda. Pertanda tidak dapat memastikan terjadinya Lailatul-Qadr dan Lailatul-Qadr bisa saja terjadi tanpa pertanda-partanda itu, karena memang malam penuh berkah ini merupakan rahasia Allah SWT yang dibarikan bagi orang yang dikehendaki. Karena itulah pendapat tentang kapan terjadinya lailatu-qadr sangatlah beragam, bahkan mencapai 64 pendapat. Selain itu yang di harapkan oleh orang mukmin adalah berusaha mencari Lailatul-Qadr dengan beribadah setiap malam dengan segenap hati, agar ia bisa mendapatinya meski tak tau kapan itu terjadi, dengan demikian pahalanya akan sangat berlimpah, bukan berusaha melacaknya dengan pertanda-pertanda alam apalagi sains tanpa ibadah yang mumpuni.
Menyimpanya lebih baik
Meski Lalilatul-Qadr memiliki pertanda dan aura yang dapat di deteksi, bukan berarti orang yang mendapatinya lansung bergegas ke masjid, menghidupkan pengeras suara dan mengumumkannya dengan lantang, agar semua orang tau kalau pada malam itu Lailatu-Qadr. Imam An-Nawawi dalam al-majmu’nya menyatakan sebaiknya orang yang tahu Lailatul-Qadr merahasiakan untuk dirinya. Karena mengingat dirahasiakannya Lailatul-Qadr mengandung banyak rahasia tersendiri, maka seyogyanya, menyebar rahasia itu ke khalayak umum. Memang, dia boleh menyebarkannya hanya bagi orang yang menurut dapat memberi manfaat. Tetapi bukan pada khalayak secara umum.
Hal itu disebabkan karena mengetahui Lailatul-Qadr merupakan sebuah karomah yang diberikan oleh Allah SWT, karena itu hanya orang tertentu yang dapat merasakan aura Lailatul-Qadr. Para ulama menyampaikan bahwa karomah memang tidak sebaiknya disampaikan kepada orang lain,karena dapat menyebabkan riya’, bangga pada diri sendiri dan bahkan mungkin menimbulkan hal yang tidak baik bagi yang mendengarnya. Tidak hanya Lailatul-Qadr, tapi juga karomah-karomah yang lain. Maka, kalau itu sampai terjadi, maka betapa meruginya dia, setelah mendapat karomah Allah SWT malah terjerumus dalam sifat riya’ serta membuat kekacauan bagi masyarakat.
Lailatul-Qadr, terkadang tidak hanya dirasakan dalam keadaan sadar. Tetapi dapat juga terlihat dalam mimpi, mimpi yang seperti itu merupakan pertanda baik dari Allah SWT, maka sebaiknya orang tersebut mengisi hari-harinya dengan berdoa dan amal baik. Abdul Ghoni An-Nabulusi menyatakan, “bermimpi mendapati malam-malam yang dimuliyakan seperti Lailatul-Qadr merupakan pemberian berharga dari Allah SWT”. Maka dari itu, mimpi yang semacam itu alangkah baiknya tidak diceritakan kepada orang lain kecuali orang yang dianggapnya akan membawa kebaikan kepadanya.