tahukah kita, apa itu malu?
Malu adalah mencegah mulut dari perkataan yang tidak baik, dicela oleh allah dan semua manusia, menjaga diri dari perbuatan yang jelek dan tercela. Maka kita harus berpegang teguh pada sifat haya’ (malu) dan tidak meremehkannya. Sebab orang yang meremehkan sifat malu adalah orang yang tidak tau harganya sopan santun dan tidak faham tentang hakikat sesuatu yang wajib. Menjadi sebuah realita yang membudaya di Indonesia khususnya kaum muslimin, bahwa kaum muslimin akhir-akhir ini sudah acuh tak acuh dengan sifat malu, bahkan malu seolah menjadi suatu yang berat untuk direalisasikan atau dijalankan oleh setiap insan. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya : “sifat malu itu adalah cabang daripada iman, sebab orang yang beriman itu berada di surga,dan perkataan yang jelek itu cabang dari sifat tidak ramah dan orang yang tidak ramah itu bertempat dineraka”. Orang yang ahli hikmah berkata “siapa orang yang memakai sifat haya’ (malu) maka orang lain tidak dapat meraba kejelekannya”. Orang yang bersifat malu akan sangat susah untuk orang lain lihat kesalahanya. Seharunya sifat malu tidak timbul karena manusia melainkan semat-mata karena Allah. Akan tampak perbedaan yang signifikan jika malu itu timbul karena selain Allah. Contoh orang yang malu karena Allah, dalam keadaan apapun mereka tetap malu karena ia tau bahwa pengawan Allah tidak akan pernah lengah darinya. Berbeda dengan malu karena apalagi malu yang hanya dibuat-buat. Orang yang ahli syair berkata : “apabila sinar pada muka seseorang itu sedikit, maka sedikit pula sifat malunya dan tiada kebaikan pada wajah seseorang yang sedikit sinarnya”. Maka jagalah sifat malu itu, dan sesungguhnya sifat malu itu menunjukan perbuatan orang yang mulia.
Sifat malu terbagi menjadi 3 bagian, yang pertama malu kepada Allah, yang kedua malu kepada manusia, yang ketiga malu kepada diri sendiri. Namun dari tiga bagian tersebut apakah kita sudah tau maksudnya. Baiklah saya akan menguraikan satu persatu dari 3 bagian tersebut disimak dan diamalkan ya.
Yang pertama, malu kepada Allah.
Malu kepada Allah itu sebuah ungkapan, yang artinya kita melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya serta kita mengingatkan kepda diri kita sendiri bahwa Allah itu tidak mengharamkan sesuatu kecuali Dia akan menyediakan suatu yang mubah sebagai gantinya. Demikian itu untuk membantu kita agar benar-benar berbakti kepadaNya. Disamping itu kita harus memberi nasihat kepada diri kita sendiri bahwa segala sesuatu yang tersirat dalam hati itu tidak samar bagiNya Dan paling sedikitnya amal tidak akan terlepas dari pandangaNya
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada para sahabat : “malulah kamu kepada Allah dengan sesungguhnya, kemudian sahabat bertanya: wahai rasulullah bagaimana caranya kita malu kepada Allah dengan sesungguhnya? Beliau menjawab : orang yang menjaga kepalanya dan isinya, menjaga perutnya dan isinya dan meninggalkan kemewahan hidup didunia, ingat mati dan busuknya tubuh di alam kubur, maka orang tersebut sudah benar-benar malu kepada Allah SWT.
Yang kedua malu kepada manusia.
Malu kepada manusia adalah sebuah ungkapan, kita tidak menyakiti orang lain, tidak memperlihatkan perbuatan jelek kepada mereka, tidak membicarakan hak mereka dengan perkataan yang membingungkan mereka yang menyebabkan mereka membenci kita, dimana perkataan tersebut justeru menjelekan orang lain maka tak ada faidahnya bagi kita dan tak bermanfaat dari perbuatan yang menyedihkan orang lain. Apabila perbuatan ini kita lakukan maka kita terjerat dalam kesengsaraan. Nabi Muhammad bersabda, yang artinya : “orang yang takut siksa Allah itu takut untuk menyakiti orang lain”. Orang yang ahli syair berkata : “jika kamu tidak menjaga harga dirimu, tidak takut kepada penciptamu dan tidak pula malu kepada manusia maka berbuatlah semaumu”.
Yang ketiga, malu kepada diri sendiri.
Malu kepada diri sendiri, sebuah ungkapan yang artinya, menjauhi berbuat sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain ketika kita sendirian. Sebab, apabila kita sudah berani berbuat jelek ketika sendirian, maka sangat mungkin itu akan kita lakukan kala kita bersama orang lain. Seorang ahli hikmah berkata : “jadikanlah malumu kepadamu sendiri lebih besar daripada malumu kepada orang lain”. Orang ahli syair berkata, yang artinya :” perbuatanku saat aku sendirian bagaikan perbuatanku dihadapan orang lain dan perbuatanku di malam gelap bagaikan pebuatanku di hari yang terang. Jadi kaum muslimin sekali budayakanlah hidup malu agar kita terhindar dari hidup yang memalukan.
Disarikan dari kitab at-tahliyah wa taghrib.
Semoga ini bermanfaat bagi kita khususnya penulis sendiri. Wassalmualaikum Wr. Wb.