Wajah nahdhotul ulama dan penampilannya pada akhir abad 20 dan memasuki millennium ke tiga ini kelihatan banyak sekali perubahan, karena banyak hal yang ikut mempengaruhinya, seperti :
Perubahan latar belakang warga nahdhiyyin. Kalau dulu warga nahdhiyyin rata – rata mempunyai latar belakang pendidikan dan budaya pesantren, maka sekarang latar pendidikan mereka bermacam – macam, dari pendidikan pesantren salaf, pendidikan madrasah formal dan juga pendidikan umum dan kejuruan. Dari yang mendalami kitab – kitab kuning klasik, sampai yang menekuni study dalam berbagai bidang keilmuan di perguruan tinggi Dari berbagai macam strata, baik yang di tempuh di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga pada saat sekarang ini didalam JAM’IYAH NAHDLATUL ULAMA sedang terjadi pergumulan wacana dan budaya intelektual antara yang bersemangat “mengkritisi” dan yang mempertahankan status qou, sehingga terjadi semacam ketegangan antara dua pola dan budaya intelektual tersebut.
Perubahan latar belakang profesi warga nahdiyyin. kalau dulu warga nahdiyyin itu umumnya petani, guru atau pedagang, tetapi sekarang keadaan tersebut telah berubah. Di antara mereka banyak yang menjadi tenaga profesional dalam berbagai macam bidang (ada dokter, konsultan, manajemen, advokat, arsitek bangunan dan akuntan), juga banyak yang menjadi pegawai negeri dan militer, malah sekarang banyak yang memasuki dunia entertaiment dan keartisan. Dengan dinamika sosial dan psikologis yang demikian terjadi pergeseran sosio kultural dan orientasi kehidupan dikalangan warga nahdiyyin. NU menjadi kaya warna, dari mursyid tarikat, ulama pesantren, politisi di parlemen, birokrat di pemerintahan direktur di pabrik, dan seminaris yang setiap hari membuat makalah.
Pengaruh kecanggihan teknologi dan media massa. Kalau dulu warga nahdiyyin lebih banyak menerima sesuatu dari satu jalur, dan agen pencerahan dirinya sangat terbatas, maka sekarang dengan kecanggihan teknologi informasi yang sudah terserap juga di lingkungan warga nahdiyyin, maka narasumbernya menjadi tidak terbatas, buku – buku mudah diperoleh, telefon, internet, media cetak dan elektronik setiap hari masuk kerumah – rumah mereka, transportasi yang mudah dan dianggap murah (oleh banyak orang) sudah banyak ditawarkan oleh travel – biro dan perjalanan keberbagai kota maupun negara sudah terbuka setiap hari, yang kesemuanya memberikan peluang dan fasilitas terbukanya pengalaman dan wawasan baru untuk berfikir kembali tentang masalah – masalah yang selama ini dianggap sebagai final. Hal demikian itu sangat berpengaruh dalam memahami berbagai masalah, dari masalah agama, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
Demikian pembahasan artikel ini. artikel bukan asli dari hasil olah pikir penulis, melainkan dari banyak sumber.
Referensi : Ahlussunnah Wal Jama’ah Dalam Persepsi Dan Tradisi