Abdullah bin Mas'ud
berkata,"Bagi semua orang didunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah
pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus
dikembalikan." Para ulama berkata ,"Cinta dunia itu pangkal segala
kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi :
Pertama, mencintainya akan
mengakibatkan mengagungkannya. Padahal disisi Allah SWT dunia ini sangatlah
remeh. Termasuk dosa besar, mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh oleh Allah
SWT"
Kedua, Allah SWT telah
melaknatnya, memurkai, dan membencinya, kecuali yang ditujukan kepadaNya.
Barangsiapa mencintai sesuatu yang telah dilaknat, dimurkai, dan dibenci oleh
Allah SWT berarti ia menyediakan diri untuk mendapat siksa, kemurkaan Allah
SWT, dan juga kebencianNya.
Ketiga, orang yang cinta dunia
pasti menjadikannya sebagai tujuan akhir dari segalanya. Pun ia akan berusaha
semampunya untuk mendapatkannya. Padahal seharusnya ia melakukan itu untuk
sampai kepada Allah SWT, sampai ke akhirat. Ia telah membalik urusan dan juga
hikmah. Dalam hal ini ada da kesalahan. Pertama, ia menjadikan sarana sebagai
tujuan . Kedua, ia berusaha mendapatkan dunia dengan amalan akhirat.
Bagaimanapun ini adalah sesuatu yang terbalik, keliru, dan buruk. Hatinya
benar-benar terbalik total. Begitulah cinta dunia. Ia bisa menghalangi
seseorang dari pahala. Bisa merusak amal. Bahkan bisa menjadikannya sebagai
orang yang pertama kali masuk neraka.
Keempat, mencintai dunia akan
menghalangi seorang hamba dari aktifitas yang bermanfaat untuk kehidupan di
akhirat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainnya. Sehubungan dengan ini
manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan:
1. Ada diantara mereka yang disibukan oleh kecintaannya dari iman dan syariat.
2. Ada yang disibukan dari melaksanakan kewajiban2nya.
3. Ada yang disibukan sehingga meninggalkan kewajiban yang menghalanginya untuk
meraih dunia, walaupun ia masih melaksanakan kewajiban yang lain.
4. Ada yang disibukan sehingga tidak melaksanakan kewajiban dengan
sebaik-baiknya. Dikerjakan bukan pada waktu yang tepat.
5. Ada juga yang
disibukan sehingga kewajiban yang dilaksanakan baru sekedar lahirnya
saja. Para pecinta dunia sangatlah jauh dari ibadah yang terkumpul disana lahir
dan bathin.
6. Paling tidak, seorang
pecinta dunia akan melalaikan hakekat kebahagiaan seorang hamba. Yaitu
kosongnya hati selain untuk mencintai Allah SWT dan diamnya lisan selain
berdzikir kepadaNya. Juga, tepatnya hati dengan lisan dan tepatnya hati dan lisan
dengan Rabbnya.
Begitulah kerinduan dan
kecintaan kepada dunia pasti membahayakan kehidupan akhirat, dan begitu pula
sebaliknya.
Kelima, mencintai dunia
menjadikan dunia sebagai harapan terbesar seorang manusia.
Keenam, pecinta dunia adalah
manusia dengan azab paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri; di dunia, di
barzakh, dan di akhirat. Didunia mereka diazab dengan kerja keras untuk
mendapatkannya dan persaingan dengan orang lain. Adapun dialam barzakh mereka
diazab dengan perpisahan dengan kekayaan dunia dan kerugian yang nyata atas apa
yang mereka kerjakan. Di sana tidak sesuatu yang menggantikan kedudukan
kecintaannya kepada dunia. Kesedihan, kedukaan, dan kerugian terus menerus
mencabik-cabik ruhnya, seperti halnya cacing dan belatung melakukan hal yang
sama kepada jasadnya. Dan pecinta dunia diazab di kuburnya dan juga pada hari
pertemuan dengan rabbnya. Allah SWT.
Ketujuh, orang yang rindu dan
cinta kepada dunia sehingga lebih mengutamakannya daripada akhirat adalah
makhluk yang paling bodoh,dungu,dan tidak berakal. Karena mereka mendahulukan
khayalan dari pada kenyataan, mendahulukan kenikmatan sesaat daripada
kenikmatan yang abadi, dan mendahulukan negeri yang fana daripada negeri yang
kekal itu dengan kenikmatan semu. Manusia yang berotak tentunya tidak akan tertipu
dengan hal semacam ini.
Salah satu penyakit hati
yang harus kita hindari dan buang jauh-jauh dari diri kita adalah hubud
dunya, cinta yang sangat terhadap urusan dunia, terlalu mengejar-ngejar perkara
yang bersifat duniawi.
Dalam kehidupan
sehari-hari, dalam dunia perdagangan misalnya, karena berharap mendapatkan
keuntungan yang lebih besar sampai berani mengurangi timbangan, mengurangi
takaran, berbohong tentang harga, jual beli barang illegal dan lain-lain, yang
notabene termasuk perbuatan yang dilarang agama.
Demikian juga dalam
bidang pekerjaan, demi meraih posisi, jabatan dan sejenisnya, tega memanipulasi
laporan agar mendapat perhatian pimpinan, tega menfitnah atau mengorbankan
rekan sejawat, sikut sana sikut sini, melalaikan ibadah, bahkan tidak jarang
yang berani menjual keyakinan agamanya demi jabatan yang ingin diraihnya.
Naudzubillah.