Oleh: Kholifatuz zahra Namaku Nindi Salwa Anindya, ya itulah nama yang diberikan kedua orang tuaku, indah bukan ?, namun tak seindah hidupku saat ini. Aku lahir tanpa tahu siapa ayahku dan aku benci itu !!! aku hampir setiap hari di ejek oleh tema-temanku, “hey anak miskin! Kemana ayahmu ! gak punya ayah ya !, aku muak dengan semua itu, ya memang aku tidak tahu ayahku siapa? Dan dimana beliau kini, tapi aku tidak peduli itu. Aku masih memiliki sosok seorang ibu yang yang selalu sabar dan tegar untuk memperjuangkan hidup kami berdua, hingga sampai saat ini. Aku telah beranjak dewasa tepatnya aku sudah kelas XI SMA, ya aku sudah besar sudah bisa mengerti hal-hal berat dan problematika anak muda saat ini. Lagi pula aku akan berulang tahun yang ke tujuh belas tahun ( sweet seveteen )
Sejak dulu aku gak pernah merasakan bagaimana gembiranya merayakan ulang tahun bersama bersama keluarga dan teman teman “berbincang-bincang di cafe, merasakan kue tart bersama”!!! huhh!!! Semua itu hanya berada dalam daftar keinginanku dan sulit bagiku untuk mewujudkanya, tapi kali ini aku harus bisa mewujudkanya, bagaimanapun caranya?!!! “aku ingin merayakan pesta ulang tahunku dengan teman-teman dan aku rela meskipun ibu tidak datang, yang penting ibu harus memberi hadiah yang besar?!!! Agar mereka tau bahwa aku juga mampu seperti mereka.
Keesokan harinya aku mengatakan kepada ibu “bu aku ingin merayakan pesta ulang tahun dengan meriah”, tapi ibu bilang “ibu tidak punya uang untuk itu nak, untuk makan sehari-hari saja ibu kadang masih berhutang” maafkan ibu nak!. “aku gak mau tau bu ! aku lelah ibu, apa ibu gak kasihan melihatku di ejek, direndahkan, dan dicemooh oleh teman-teman!!!, Kemana ayahmu? Ucap mereka. Kenapa ibu gak pernah pernah menjawab itu...?. ”Andai dulu aku bisa memilih, aku akan lebih memilih ayah daripada ibu!” bantahku penuh amarah.”maafkan ibu baiklah ibu akan berusaha untuk mendapatkan yang kamu inginkan nak” ucapnya lemah, “ibu akan akan mencari pekerjaan yang lebih baik” ucap ibu lagi sambil menangis. “baiklah ibu, aku ingin ibu mendapatkan sepuluh juta dalam seminggu! Ibu bisakan?!!! Ucapku kepada ibu. “Apa sepuluh juta dalam seminggu? Satu juta saja dalam dua minggu belum tentu dapat!???” kata ibu. “ Aku gak mau tau! Pokoknya ibu harus dapat sepuluh juta dalam seminggu atau ibu yang akan menanggung maluku!!!, awas saja kalau ibu pulang kerumah sebelum dapat sepulu juta!!! Aku akan membenci ibu selamanya!” ucapku kepada ibu. “baiklah nak, ibu akan berusaha” ucap ibu lemah, dak aku langsung berlalu meninggalkan ibu yang tengah menangis akan perkataanku. “Maaf bu” batinku.
Keesokan harinya di Sekolah aku menghampiri teman-temanku. “teman-teman datang ya ke pesta ulang tahunku satu minggu lagilagi? Pintaku penuh harap kepada mereka. “apa ulang tahun?, hahaha, dapat uang dari mana kamu?, ada-ada saja kamu? Balas mereka dengan penuh ejekan. “lihat saja aku akan buktikan kalau aku mampu merayakan pesta ulang tahun!” ucapku dalam hati.
Dan aku langsung berlalu pergi meninggalka mereka yang masih mengejak dan mentertawaiku.
Dua hari telah berlalu mereka masih menunggu dan menangih janjiku pada waktu itu. “Baiklah kalaui kamu besok bisa membuat kami gembira, dengan belanja, maka kamu layak menjadi teman kami” kata mereka. Sejenak aku terdiam “besok ?!! baru tiga hari ibu bekerja di luar sana dan belum pulang ke rumah, dapat uang berapa ibu..?. “Aku harus melakukan cara lain untuk mendapatkan uang!” pikirku tajam.
Sore harinya ketika aku melewati pasar Swalayan aku melihat seorang ibu yang sedang sibuk mengurusi anaknya dan disaku celana bagian belakangnya, ada dompet yang kiranya aku ambil ibu tadi tidak tau.”Tuhan mungkin ini jalan satu-satunya” batinku. Akupun mengambil dompet itu perlahan..... dan .....bisa!, lumayan isinya tiga jutaan dan juga dua kartu ATM. “aku akan buktikan kepada mereka besok bahwa aku mampu” ucapku dalam hati. Malam harinya aku menelepon teman-temanku bahwasanya besok aku akan menepati janjiku.
Esok harinya aku melakukan hal yang belum pernah ku lakukan yakni mebolos dari sekolah, hanya demi menunjukan pada mereka bahwa aku mampu.sesampainya kami di Mall kami bersenang-senang, berbelanja baju, tas, sepatu, ,makan, dan masih banyak lagi...! Bahkan mereka terheran-heran uang dari mana yang aku belanjakan....? oh itu tidak penting, jawabku.
Setelah kami merasa puas kamipun keluar dari Mall tadi dan tidak sengaja aku melihat ibu-ibu di sebrang jalan sana, tengah berjuang menjadi tukang parkir dan ia adalah ibuku!!! Aku akan malu jika teman-temanku tau, tapi setelah aku memalingkan wajahku ibu melihat dan memanggilku, tapi aku berpura-pura tidak tau dan kemudian ibu menghampiriku, akupun mejauh dan berlari menyebrang jalan, namun maasnya aku tiba-tiba tak sadarkan diri dan aku hanya mendengar suara ibu-ibu yang menjerit. Ya aku kecelakaan dan kini aku berada di rumah sakit, entah siapa yang membawaku kesini...? dan mataku seakan-akan tidak berfungsi, yang aku tau dunia terasa gelap gulita, ya aku buta.....! setiap kali aku memanggil ibu, ia tidak pernah datang. “Kemana ibu? Apa ibu sudah tidak sayang lagi kepadaku? Apa kau sudah tidak penting lagi bagi ibu? Apa ibu sudah membenciku? Oh tuhan! Pikirku bertanaya-tanya.
Berminggu-minggu sudah berlalu, kini aku sudah bisa melihat lagi, entah siapa yang mau berkorban mendonorkan matanya untukku, ketika itu aku ingin dipertemukan dengannya. Mereeka membawaku ke pemakaman. Aku bertanya-tanya, apa maksudnya? Tiba-tiba aku diberi sebuah surat kemudian aku buka dan membaca surat itu dengan khidmat. Untuk anakku Nindi......
Nak, mungkin saat kamu membaca surat ini, ibu sudah tidak disisimu lagi......
Maafkan ibu nak, dulu ibu memepermalukanmu di depan teman-temanmu, maafkan ibu, dulu ibu perna menyusahkanmu dan membuatmu marah setiap hari, tapi nak dulu kamu tidak pernah membantah setiap perkataan ibu, “kamu berubah nak, karena teman-temanmu”!
Nak ibu akan mejawab pertanyaanmu waktu itu. Ayahmu meninggalkan ibu sejak kamu masih di dalam kandungan, maaf selama ini ibu tidak pernah jujur. Sebenarnya ibu punya cukup uang untuk pesta ulang tahunmu, tapi ibu memberikannya kepada orang yag lebih membutuhkannya dan juga ibu sudah mengidap penyakit Leukimia sejak dulu, tapi ibu tidak pernah mengatakanya padamu.
Nak Ibu tau umur ibu tidak akan lama lagi, untuk itu......
“Selaat ulang tahun anakk....
Maaf ibu tidak bisa merayakanya bersamamu, itu hadiah untukkmu......
Jaga baik-baik mata indah itu
Yang selalu menyayangimu
Ibumu
Terima kasih ibu, ucapku sedih dan penuh penyesalan.
Penulis adalah siswa Kelas IX A MTs Rupi yang berdomisili PP.Miftahul Ulum (Dauq putri)