مَا فِي الْمُقَامِ لِذِي عَقْلٍ وَذِي أَدَبِ # مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ # وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المْـَاءِ يُفْسِدُهُ # إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالْأَسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ # والسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ الْقَوْسِ لَمْ يُصِبِ
Berdiam diri bagi orang berakal dan berperadaban bukanlah sebuah kenyamanan, karenanya beranjaklah dari kampung halaman.
Berkelanalah, akan kau temukan ganti untuk orang-orang yang kau
tinggalkan. Dan berjuanglah, karena kenikmatan hidup ada dalam
perjuangan.
Aku lihat, diamnya air akan membusukkannya. Jika mengalir, air menjadi segar, dan jika menggenang, air menjadi comberan.
Singa jika tak mengembara, tak akan menjadi raja rimba. Dan anak panah jika tak lepas dari busurnya, tak akan menggoreskan luka.
Al-Imam Asy-Syafi’i,
dalam Diwan Asy-Syafi’i